PEREMPUAN DAN KRISIS IKLIM

Imelda Zahra Tungga Dewi
2 min readJan 3, 2020

--

Banjir besar-besaran yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia pada awal tahun 2020 ini mengingatkan kita mengenai krusialnya krisis iklim yang tengah terjadi. Dampak krisis iklim kian menggolongkan minoritas dan mayoritas, serta kelompok perempuan dan laki-laki yang erat kaitannya dalam mengurus rumah tangga. Pihak-pihak yang paling merasakan dampak perubahan iklim tersebut adalah golongan miskin dan kelompok masyarakat yang rentan, seperti perempuan dan anak-anak. Krisis iklim membuat bencana alam dan masalah sosial kian saling bertumpang tindih. Contoh nyata bahwa krisis iklim saat bencana alam menimbulkan masalah sosial terutama bagi perempuan yaitu, gagal panen, langkanya air bersih, dan bahan bakar menyebabkan persediaan pangan, air, dan energi untuk kebutuhan rumah tangga sulit dijangkau, sehingga dibutuhkan usaha yang lebih bagi perempuan selaku penanggung jawab urusan rumah tangga.

Menurut studi yang dilakukan oleh the London School of Economics and Political Science terhadap 141 negara yang terkena bencana pada periode 1981–2002 juga menemukan kaitan erat antara bencana alam dan status sosial ekonomi perempuan. Bencana alam ternyata berujung pada penurunan angka harapan hidup perempuan dan peningkatan gender gap dalam masyarakat. Akibatnya, terjadi peningkatan angka kemiskinan di kalangan perempuan dan semakin terbukanya jurang ketidaksetaraan gender karena perempuan harus menanggung beban tanggung jawab ganda yang lebih berat daripada laki-laki. Persoalannya, dampak perubahan iklim ini tidak diiringi kesadaran akan pentingnya melibatkan perempuan, sebagai pihak yang ”terlupakan”, ke dalam berbagai pembahasan mengenai perubahan iklim. Padahal pengalaman yang berbeda antara laki-laki dan perempuan merupakan alasan penting mengingat perubahan iklim memiliki implikasi yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Kondisi ironis tersebut kemudian mendorong munculnya berbagai inisiatif yang menekankan pentingnya mengintegrasikan perspektif perempuan dalam pengambilan kebijakan, diantaranya dengan cara melibatkan peran perempuan sebagai aktor dalam menyelesaikan persoalan terkait dengan perubahan iklim. Maka dari itu, perempuan lebih banyak menanggung risiko terhadap krisis iklim dan juga perempuan pula yang memiliki peran penting dalam pelaksanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Rusmadi (2016). “PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM KEBIJAKAN PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA”. SAWWA. Volume 12 (Nomor 1): 91–110

http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/175-perempuan-dan-dampak-perubahan-iklim.html

--

--

Imelda Zahra Tungga Dewi
Imelda Zahra Tungga Dewi

Written by Imelda Zahra Tungga Dewi

Electronics and Instrumentation💥 Applied Physics✨

No responses yet